Rabu, 26 Agustus 2009

Meraih Makna Puasa

Sa’id Hawwa

Di antara syahwat besar yang dapat menyesatkan manusia adalah syahwat perut dan kemaluan. Puasa membiasakan jiwa mengendalikan kedua syahwat tersebut.

“Puasa adalah separuh kesabaran” [HR. Tirmidzi & Ibnu Majah, sanad hasan].

Ada tiga tingkatan puasa:

1. Puasa orang awam: menahan perut dan kemaluan dari mengikuti kemauan syahwat.

2. Puasa orang khusus: menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan semua anggota badan dari berbagai dosa.

3. Puasa orang super khusus : puasa hati dari berbagai keinginan rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah secara total. Aktifitas duniawi mereka pun diperuntukkan demi bekal akhirat.

Ada enam (6) cara menggapai puasa para shalihin (orang khusus):

a. Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci.

“Pandangan adalah salah satu anak panah yang beracun di antara anak panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatan di dalam hatinya.” [HR. al-Hakim -yg men-shahih-kan sanadnya].

b. Puasa lisan: menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran dan perdebatan; mengisinya dengan diam, dzikrullah dan tilawah al-Quran.

“Sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai; apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh; dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan sesungguhnya aku berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa.” [HR. Bukhari & Muslim].

c. Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap yg diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarkannya. Allah SWT menyetarakan orang yang mendengarkan dan yang memakan barang yang haram, “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.” [Al-Maidah: 42].

d. Menahan berbagai anggota badannya dari berbagai dosa; seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa. Tidak ada artinya berpuasa dari yang halal, tapi berbuka puasa dengan yang haram. Barang yang haram adalah racun yang menghancurkan agama, sedangkan barang yang halal adalah obat yang bermanfaat bila dikonsumsi sedikit tetapi berbahaya bila terlalu banyak.

Apa artinya pula berpuasa dari makanan halal tapi ‘memakan daging manusia’ (berghibah -yang notabene haram) ketika berbuka.

“Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.” [HR. Nasa'i & Ibnu Majah].

e. Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya. Tujuan puasa ialah pengosongan dan menundukkan nafsu untuk memperkuat jiwa mencapai taqwa. Dan esensi puasa adalah melemahkan berbagai kekuatan yang menjadi sarana syetan untuk kembali kepada keburukan. Semua ini tidak akan tercapai kecuali dengan mengurangi makanan yang biasa dimakan pada di tiap malam ketika tidak berpuasa. Bahkan di antara adabnya adalah mengurangi tidur siang agar merasakan lapar kemudian berusaha agar setiap malam bisa bertahajjud beserta wiridnya sehingga hatinya menjadi jernih, karena bisa jadi syetan tidak mengitari hatinya dan dia bisa melihat berbagai keghaiban langit.

f. Ber-ifthar dengan hati cemas dan harap, mengkhawatirkan ‘nilai’ puasanya. Hendaklah hati dalam keadaan demikian di akhir setiap ibadah yang baru saja dilaksanakan. Sebagian ulama’ berkata: ‘berapa banyak orang yang berpuasa sesungguhnya dia tidak berpuasa dan berapa banyak orang yang tidak berpuasa tetapi sesungguhnya dia berpuasa.

-Diringkas dari “Rahasia Puasa dan Syarat-Syarat Batinnya”, buku Tazkiyatun Nafs susunan Sa’id Hawwa-

Puasa dan Hati

SASARAN puasa adalah hati. Membersihkan hati, menyucikan jiwa dari debu-debu dosa. Hal ini terlihat dari semua hal yang berkaitan dengan puasa.

Mulai dari niat sampai kepada detail pelaksanaan puasa yang selalu menuntut orang yang berpuasa agar bukan hanya meninggalkan dosa besar dan kecil, dosa lahir dan dosa batin, tetapi juga mengarahkan niatnya kepada Sang pencipta dan pengelola hati.
Disamping itu, orang berpuasa dianjurkan untuk memperbanyak zikir kepada Allah dan amalan amalan lainnya. Hal itu semua berkontribusi secara substantif terhadap pembersihan hati. Hanyalah hati yang bersih yang mampu merasakan kehadiran Tuhan yang Maha Hadir (omnipresent), kapan dan di manapun ia berada.
Inilah membuat kita dapat mencegahnya untuk melakukan hal-hal yang tidak diridhoi-Nya. Hanya hati bersihlah yang dapat merasakan denyut nadi penderitaan orang miskin, kesedihan dan jeritan tangis anak yatim, dan iba melihat anak jalanan.
Bukan hanya itu, hati yang bersih menikmati membantu mereka dan melakukan langkah langkah produktif untuk mengangkat harkat dan martabat mereka, karena dia sepenuhnya menyadari bahwa semua itu adalah hamba Allah.
Hanya hati yang bersih yang dapat memaafkan dosa dan khilaf orang lain dengan penuh ketulusan. Sementara itu, kedekatan dan komunikasi vertikal si hati bersih dengan Allah membuatnya selalu berorientasi ilahiah dalam setiap langkahnya.
Semua tarikan nafasnya, langkahnya, prilakunya selalu untuk kebaikan. Dari hati yang bersihlah terefleksi prilaku prilaku mulia, karena hatilah yang akan mendrive arah dan langkah manusia (hadis).
Maka sangatlah tepat jika hati dijadikan sasaran oleh puasa. Oleh karena itu, di bulan yang sangat mulia ini, mari kita beningkan hati kita, mari luruskan niat kita, mari hindarkan diri dari hal-hal yang dapat mengotori hati. Hanya hati yang bening yang dapat menangkap signal signal ilahiah dan merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Itulah hakekat takwa yang sesungguhnya. Semoga kita dapat merengkuhnya, Amin

Selasa, 25 Agustus 2009

Marhaban yaa Ramadhan

Segenap keluarga besar SMAN 1 Randudongkal mengucapkan :

“Marhaban Ya Ramadhan”
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
" Semoga kita selalu diberkahi dibulan yang penuh barokah ini amin."