Jumat, 12 Juni 2009

Selamat dan Sukses Untuk Kelas XII SMANRA

Setelah menunggu dengan penuh cemas hasil UAN 2009, akhirnya terjawab sudah semua kecemasan keluarga besar SMANRA karena ternyata siswa kelas XII yang telah mengikuti UN 2009 dinyatakan lulus semua dengan hasil memuaskan.
Selamat...... Selamat semoga sukses di masa depan.

Kamis, 11 Juni 2009

Hasil UAN SMA/SMK 2009

Hasil UAN SMA/SMK 2009 di seluruh Indonesia akan diumumkan serentak di seluruh Indonesia pada hari Sabtu, tanggal 13 Juni 2009.
Untuk SMAN 1 Randudongkal hasil UAN rencananya akan diumumkan pada hari Sabtu tanggal 13 Juni 2009 jam 10.00 WIB. Kepada siswa-siswi kelas XII di harapkan dapat hadir bersama walinya masing-masing untuk mengambil hasil UAN. Selain itu pihak sekolah juga berharap dan menghimbau supaya siswa kelas XII SMAN 1 Randudongkal untuk tidak melakukan konvoi ataupun aksi corat-coret merayakan hasil kelulusan, hal ini karena menggangu masyarakat.

Selasa, 02 Juni 2009

POS Ujian Sekolah Tahun Pelajaran 2008/2009

Berdasarkan ketentuan yang termaktub dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2009 tentang Ujian Sekolah/Madrasah Tahun Pelajaran 2008/2009 Pasal 16, BSNP menetapkan Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Sekolah/Madrasah Tahun Pelajaran 2008/2009. Untuk memenuhi ketentuan tersebut, BSNP bersama Direktorat terkait di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama telah menyusun Prosedur Operasi Standar (POS) Ujian Sekolah/Madrasah Tahun Pelajaran 2008/2009.

Berikut ini link untuk mendownload dokumen tersebut (dalam format PDF). Silakan klik pada salah satu link untuk memulai download:

Link Utama

Link Cadangan

Senin, 01 Juni 2009

Lomba Internet Sehat Depkominfo

Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika Depkominfo akan menyelenggarakan Lomba Logo & Maskot dan Lomba Jingle Internet Sehat dengan target peserta umum, pelajar, mahasiswa, dan keluarga.

Untuk keterangan lebih lanjut silakan klik disini : internet_sehat

MEMBANGUN SEKOLAH EFEKTIF DI ERA OTONOMI

Otonomi daerah telah diberlakukan selama 7 tahun implikasi dari pelaksanaan otonomi daerah adalah diserahkannya pengelolaan pendidikan dasar dan menengah kepada daerah. Seperti kita ketahui pemerintah daerah belum memiliki pengalaman mengelola sekolah secara komprehensif. Hal ini ditunjukkan dengan sikap pemerintah daerah yg berbeda, ada daerah yang mencerminkan sikap pesimisme dan juga ada yang mencerminkan sikap yang amat optimistik dalam menyambut otonomi dalam bidang pendidikan. Bagi daerah yang pesimistik, hal ini terjadi sebagai akibat Dana Alokasi Umum (DAU) kecil dibandingkan dengan kebutuhan daerah untuk menggaji guru pegawai negeri lain yang sudah didaerahkan. Sementara pemerintah daerah yang optimistik saat ini telah mampu membuat rancangan anggaran untuk meningkatkan pendidikan di daerahnya masing-masing melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang amat signifikan jumlahnya. Terlepas adanya sikap pro kontra pemerintah daerah, “the show must go on”. Maksudnya, pendidikan memang harus segera dibangun dengan berbagai kendala yang mengiringi.

Bila kita mengkaji ulang bahwa otonomi pendidikan, sesungguhnya memiliki peluang yang tidaklah kecil untuk membuat pendidikan di daerah menjadi lebih berkualitas. Hal ini terjadi karena Kepala Daerah saat ini memiliki kewenangan yang penuh dalam menentukan kualitas sekolah di daerahnya masing-masing melalui sistem rekrutmen guru, rekrutmen siswa, pembinaan profesionalisme guru, rekrutmen kepala sekolah, penentuan sistem evaluasi, dan sebagainya.

Berbicara tentang kualitas pendidikan dasar dan menengah pada era otonomi daerah. ingatan kita terarah pada terminologi “school based management” kualitas pendidikan untuk masa yang akan datang lebih bergantung pada komitmen daerah untuk merumuskan visi dan misi di daerahnya masing-masing. Jika daerah cukup visioner, pengembangan sektor pendidikan akan memiliki peluang yang besar untuk dapat memenuhi standar kualitas sesuai dengan harapan para stakeholders. Manakala pemerintah daerah memiliki ”political will” yang kuat dan kemudian disertai dengan kebijakan yang mengedepankan arti penting pendidikan sebagai upaya human investment di daerah, dapat dipastikan pendidikan di daerah itu akan memiliki praksis yang baik, dan dengan demikian kualitas pendidikan akan dapat ditegakkan.

Membangun budaya sekolah agar suatu sekolah menjadi sekolah efektif merupakan tantangan bagi daerah dalam menangani otonomi pendidikan. Bila kita menengok kebelakang saat berlakunya sentralisasi pendidikan, sekolah-sekolah dikelola tanpa memperhatikan efektivitas. Lihat saja tolok ukur yang diberlakukanpun amat trivial, dan sebenarnya misleading bagi proses pendidikan di sekolah, yaitu pencapaian prestasi sekolah selalu dikaitkan dengan NUN. Akibatnya seluruh energi yang dimiliki sekolah dikerahkan sedemikian rupa agar mencapai NUN yang tinggi. Bantuan perbaikan kualitas sekolah yang dikucurkan juga memiliki parameter peningkatan NUN Dan masyarakatpun juga dininabobokkan kebijakan itu, sehingga jika seorang anak memiliki NUN yang tinggi orangtua anak yang bersangkutan sangat bangga tanpa mempedulikan kerusakan aspek afektif pada diri anak. Dalam era otonomi pendidikan, keadaan ini harus diubah. Sekarang ini telah lahir paradigma baru mengenai keberhasilan seseorang dalam kehidupan masyarakat yang nyata. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa IQ – perolehan aspek kognitif (yang dicerminkan dengan perolehan NUN) tidak lagi merupakan parameter yang signifikan bagi keberhasilan seseorang. Sebaliknya, ada faktor lain yang lebih signifikan sebagai indikator keberhasilan, yaitu : aspek afektif – emotional intelligence (EQ). Dengan demikian, kemampuan menahan diri, mengendalikan emosi, memahami emosi orang lain, memiliki ketahanan menghadapi kegagalan, bersikap sabar, kreatif dan inovatif, memiliki empati, bersikap toleransi, dan lain sebagainya merupakan karakteristik yang jauh lebih penting untuk dimiliki siswa dari pada sekedar pencapaian NUN itu sendiri.

Jika demikian halnya, dalam paradigma baru itu secara implisit kita perlu mengelola sekolah secara efektif di era otonomi pendidikan ini. Rumusan sekolah yang efektif yaitu “one in which students progress further than might be expected from a consideration of intake” Jadi nampak dari rumusan ini bahwa tugas penting sekolah bukannya pencapaian NUN, akan tetapi menjaga agar semua siswa dapat berkembang sejauh mungkin jika dibandingkan dengan kondisi awal ketika mereka baru memasuki sekolah.

Kepala Sekolah Baru SMAN 1 Randudongkal

Mulai tanggal 26 Mei 2009 kemarin Pjs. Kasek SMAN 1 Randudongkal (Drs. Sumanto) telah digantikan oleh Kasek baru yaitu Drs. Adi Prihastanto, M.Pd.. Dengan demikian sekarang SMAN 1 Randudongkal telah memiliki Kasek baru di tahun 2009. Dengan kasek baru ini dari seluruh keluarga besar SMAN 1 Randudongkal berharap SMANRA lebih maju dan lebih berkualitas sekolahnya. Dan yang lebih penting lagi bagi kasek baru yaitu dapat melanjutkan RSKM yang telah berjalan 1 tahun.(Ditulis oleh: bangsoy)

Pergantian Kepala Sekolah

Pada Tanggal 14 Mei 2009 kemarin telah dilaksanakan serah terima kepala SMAN 1 Randudongkal dari H. Mohammad Yusin, S.Pd. kepada Drs. Sumanto (Pjs).
H. Mohammad Yusin S.Pd telah memasuki masa pensiun setelah memimpin kurang lebih 3 tahun lebih di SMAN 1 Randudongkal.
Kami segenap keluarga besar SMAN 1 Randudongkal mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Bpk. H. Mohammad Yusin, S.Pd yang telah memimpin SMANRA, dan juga atas keberhasilannya dalam membangun SMANRA menuju RSKM.